BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia dalam menjalankan aktivitasnya pasti membutuhkan informasi. Informasi yang dibutuhkan tersebut didapat dari interaksi antara manusia yang satu dengan manusia lain dan interaksi antara manusia dengan lingkungan. Interaksi antara manusia terjadi dengan cara berkomunikasi contohnya berdiskusi, namun manusia tidak bisa berkomunikasi dengan lingkungan. Contohnya manusia tidak bisa berkomunikasi dengan ruangan sehingga dibutuhkan suatu alat peraga yang bisa menyampaikan informasi tersebut kepada manusia. Suatu alat peraga yang dimaksud adalah display. Perbandingan kedua interaksi tersebut terdapat pada sistem komunikasi.
Display merupakan bagian dari lingkungan yang perlu memberi informasi kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancar. Arti informasi ini cukup luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima oleh indera manusia baik langsung maupun tidak langsung. Display berfungsi sebagai “Sistem Komunikasi” yang menghubungkan fasilitas kerja maupun mesin kepada manusia, contoh dari display diantaranya adalah jarum speedometer, keadaan jalan raya memberikan informasi langsung ke mata, peta yang menggambarkan keadaan suatu kota.(Sutalaksana, 1997)
Berdasarkan fungsinya display dibutuhkan sebagai alat komunikasi antara manusia dan lingkungan sehingga manusia mengetahui informasi pada lingkungan tersebut. Informasi yang didapatkan dari display ini dapat menjadi informasi yang memudahkan manusia dalam menjalankan pekerjaannya atau tugasnya. Display yang baik adalah display yang dapat dimengerti dan mudah dipahami, tanpa harus menggunakan kalimat panjang yang akan menimbulkan kelelahan panca indera, dan menimbulkan ketidaknyamanan. Dampaknya tidak sesuai dengan penerapan ergonomis.(Sutalaksana1997).
Tujuan utama pada pratikum ini kali ini tentang visualisasi dan display. Ilmu tersebut digunakan dalam perancangan sebuah display yang bersifat ergonomis, yaitu display dapat memberikan informasi kepada operator dengan jelas dan mudah. Dispaly yang dirancang diharapkan dapat meminimalisir kekurangan yang dimiliki oleh indra penglihatan mata dan memanfaatkan kelebihan yang dimiliki oleh indra penghlihatan manusia, sehingga dapat meminimalisir akibat yang mungkin ditimbulkan pada indra penghlihatan manusia.
1.2 Tujuan Pratikum
Tujuan utama dari praktikum pengindraan dan informasi ini adalah untuk:
1 Mengetahui manfaat pengindraan dan informasi yang lebih baik dalam sistem perancangan kerja.
2 Mengetahui rancangan informasi berupa teks maupun simbol-simbol.
3 Mengetahui manfaat kontras warna dan dimensi objek yang baik dalam perancangan proyek.
4 Memahami display dan visual display.
5 Menentukan nilai visual acuity, contrast sensitivity dan visual angel.
6 Merancang sebuah dispaly sesuai dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki manusia terutama dalam visual.
1.3 Prosedur Pratikum
Prosedur pelaksanaan pratikum :
1 Diberikan data Contrast Sensitivity yang ditampilkan pada Tabel 1, hingga Tabel 6.
2 Masing-masing kelompok harus mencari (secara langsung, tidak boleh diambil dari internet) 1 bentuk display yang benar dan display yang benar dan 1 display yang salah. Berikan justifikasi untuk masing-masing display, dan untuk display yang salah berikan rekomendasi sehingga bentuk perbaikan dari display tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Dari Display
Display merupakan bagian dari lingkungan yang perlu memberi informasi kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancar (Sutalaksana,1979). Arti informasi disini cukup luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima oleh indera manusia baik langsung maupun tidak langsung. Informasi–informasi yang dibutuhkan sebelum membuat display, diantaranya:
1 Tipe teknologi yang digunakan untuk menampilkan informasi.
2 Rentang total dari variabel mengenai informasi mana yang akan ditampilkan.
3 Ketepatan dan sensitivitas maksimal yang dibutuhkan dalam pengiriman
4 informasi.
5 Kecepatan total dari variabel yang dibutuhkan dalam pengiriman informasi.
6 Minimasi kesalahan dalam pembacaan display.
7 Jarak normal dan maksimal antara display dan pengguna display.
8 Lingkungan dimana display tersebut digunakan.
Display berfungsi sebagai “Sistem Komunikasi” yang menghubungkan fasilitas kerja maupun mesin kepada manusia, contoh dari display diantaranya adalah jarum speedometer, keadaan jalan raya memberikan informasi langsung ke mata, peta yang menggambarkan keadaan suatu kota. Jalan raya merupakan contoh dari display langsung, karena kondisi lingkungan jalan bisa langsung diterima oleh pengemudi. Jarum penunjuk speedometer merupakan contoh display tidak langsung karena kecepatan kendaraan diketahui secara tak langsung melalui jarum speedometer sebagai pemberi informasi (Sutalaksana, 1979).
Agar display dapat menyajikan informasi-informasi yang diperlukan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya, maka display harus dirancang dengan baik. Perancangan display yang baik adalah bila dapat menyampaikan informasi selengkap mungkin tanpa banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya.
Menurut Sutalaksana (1996), display yang baik harus dapat menyampaikan pesan tertentu sesuai dengan tulisan atau gambar yang dimaksud. Berikut ini adalah ciri – ciri dalam pembuatan display yang baik dan benar:
1 Dapat menyampaikan pesan.
2 Bentuk atau gambar menarik dan menggambarkan kejadian.
3 Menggunakan warna-warna mencolok dan menarik perhatian.
4 Proporsi gambar dan huruf memungkinkan untuk dapat dilihat/dibaca.
5 Menggunakan kalimat-kalimat pendek.
6 Menggunakan huruf yang baik sehingga mudah dibaca.
7 Realistis sesuai dengan permasalahan.
8 Tidak membosankan.
Ukuran display bervariasi mulai dari yang berukuran kecil sampai yang berukuran besar. Tetapi umumnya berukuran sebesar kalender. Display yang berbentuk rambu-rambu berbahaya, biasanya dipasang pada dinding, pintu masuk atau pada tiang-tiang. Display ini berbentuk seperti rambu-rambu lalu lintas (berbentuk bulat, segitiga, segiempat atau belah ketupat). Peran ergonomi sangat penting dalam membuat rancangan display yang memiliki daya sambung yang tinggi dengan pembaca. Display harus mampu memberikan informasi yang jelas. Konsep “Human Centered Design” sangat kuat dalam pembuatan display dan poster karena terkait dengan sifat-sifat manusia sebagai penglihat dan pemaham isyarat. (http://dian.staff.gunadarma.ac.id, 2011).
Menurut Nurmianto (1991) untuk membuat atau menentukan suatu display ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan display. Dibawah ini adalah kriteria dasar dalam pembuatan display, yaitu sebagai berikut:
1. Pendeteksian
Kemampuan dasar dari display untuk dapat diketahui keberadaannya atau fungsinya. Pada visual display harus dapat dibaca, contohnya petunjuk umum penggunaan roda setir pada mobil dan untuk auditory display harus bisa didengar, contohnya bel kebakaran.
2. Pengenalan
Tahap pendeteksian selanjutnya pesan dari display tersebut harus bisa dibaca ataupun didengar oleh panca indera manusia.
3. Pemahaman
Pembuatan display tidak cukup hanya memenuhi 2 kriteria diatas, display yang baik harus dapat dipahami dengan sebaik mungkin sesuai dengan pesan yang disampaikan oleh display tersebut.
2.2 Tipe-Tipe Display
Tipe-tipe Display dikelompokan menjadi 3 bagian, berdasarkan tujuan, lingkungan, informasi. Berdasarkan lingkungannya display terbagi dalam 2 macam. Berikut adalah tipe-tipe display berdasarkan lingkungannya yaitu:
1. Display Statis
Display yang memberikan informasi sesuatu yang tidak tergantung terhadap waktu, contohnya: peta (informasi yang menggambarkan suatu kota).
2. Display Dinamis
Display yang menggambarkan perubahan menurut waktu dengan variabel, contohnya: jarum speedometer.
2.3 Visual Display
Pekerjaan dapat dengan memahami suatu display, maka setiap orang memerlukan(Nurmmianto, 1996)
1 Kesimpulan visual yang memadai.
2 Penyajian informasi yang sesuai, termasuk juga ukuran, pencahayaan, perbedaan dan desaian dari dispaly.
3 Keahlian manusia dan pengetahuan yang dimiliki dalam upaya pemahaman tentang display.
Desain display seharusnya memahami dengan baik karateristik dan batasan daya lihat manusia.
2.4 Pengindraan Visual
Pengindraan visual berhubungan dengan organ penglihatan serta berbicara tentang proses dalam melihat objek.
2.4.1 Anatomi dan Fisiologi Manusia
Bentuk mata manusia hampir bulat, berdiameter ± 2.5 cm . Bola mata terletak dalam bulatan lemak pada bagian depan dilindungi oleh kelopak mata dan ditempatkan lain dengan tulang orbita. Bola mata terdiri atas (Heany, 2009) :
1. Dinding mata, terdiri dari :
1. Kornea dan sclera.
2. Selaput khoroid, korpus siliaris, iris dan pupil.
2. Medium tempat cahaya lewat, terdiri dari :
1. Kornea.
2. Acquwnous humour.
3. Lensa dan Vireous humor.
3. Jaringan nerosa, terdiri dari :
1. Sel- sel saraf pada retina.
2. Sel saraf yang menjalar melalui sel-sel ini.
2.5 Penggunaan Warna pada Visual Display
Informasi dapat juga diberikan dalam bentuk kode warna. Indera mata sangat sensitif terhadap warna biru-hijau-kuning, tetapi sangat tergantung juga pada kondisi terang dan gelap. Visual Display sebaiknya tidak menggunakan lebih dari 5 warna. Hal ini berkaitan dengan adanya beberapa kelompok orang yang memiliki gangguan penglihatan atau mengalami kekurangan dan keterbatasan penglihatan pada matanya. Warna merah dan hijau sebaiknya tidak digunakan bersamaan begitu pula warna kuning dan biru. Menurut Bridger, R.S(1995) terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan warna pada pembuatan display, diantaranya:
Tabel 4.1 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Warna pada Pembuatan Display
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Tanda untuk data spesifik
|
Tidak bermanfaat bagi buta warna
|
Informasi lebih mudah diterima
|
Menyebabkan fatique
|
Mengurangi tingkat kesalahan
|
Membingungkan
|
Lebih natural
|
Menimbulkan reaksi
|
Memberi dimensi lain
|
Informal
|
Ada beberapa arti penggunaan warna pada sebuah display. Berikut adalah arti penggunaan warnanya:
1. Merah menunjukkan Larangan
2. Biru menunjukkan Petunjuk
3. Kuning menunjukkan Perhatian
2.6 Prinsip – Prinsip Mendesain Visual Display
Menurut Bridger, R.S (1995) ada 4 (empat) prinsip dalam mendesain atau merubah bentuk semula. Informasi yang menjadi suatu kreativitas dalam suatu bentuk display. Display dapat didesain dengan ketentuan, antara lain:
1. Proximity
Jarak terhadap susunan display yang disusun secara bersama-sama dan saling memiliki dapat membuat suatu perkiraan atau pernyataan.
2. Similarity
Menyatakan bahwa item-item yang sama akan dikelompokkan bersama- sama (dalam konsep warna, bentuk dan ukuran) bahwa pada sebuah display tidak boleh menggunakan lebih dari 3 warna.
3. Symetry
Menjelaskan perancangan untuk memaksimalkan display artinya elemen- elemen dalam perancangan display akan lebih baik dalam bentuk simetrikal. Antara tulisan dan gambar harus seimbang.
4. Continuity
Menjelaskan sistem perseptual mengekstrakan informasi kualitatif menjadisatu kesatuan yang utuh.
2.7 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Visual Acuity dan Contrast Senaitivity
Faktor yang mempengaruhi visual acuity dan contrast sensitivity antara lain :
2.7.1 Efek Umur pada Visual Performance
Akomodasi adalah suatu proses pemfokuskan dengan penyesuaian lingkungan lensa mata, dengan menggunakan otot getar yang mengelilingi (Nurmianto, 1996). Hal ini membutuhkan waktu dan kecepatan serta jangkauan akomodasi menurun sejalan dengan usia. Otot getar tersebut dilemaskan untuk pandangan yang lama dan di kontraksikan untuk objek- objek yang dekat.Proses penuaan menyebabkan lensa kurang fleksibel sehingga pemfokuskan pada objek dekat menjadi lebih sulit.
2.7.2 Adaptasi terhadap Perubahan-Perubahan Tingkat Cahaya
Pada tingkat perubahaan cahaya mendadak, daerah pupil pada matalah yang pertama kali berubah 0.25. Daerah tersebut dapat berubah dengan suatu faktor sebesar 1:16 dam ketidak-adaan adaptasi yang datang dari penerima-penerima cone dan rods. Proses yang terjadi kemudian kira-kira berlangsung dari 20-30 menit dari cahaya terang samapai gelap. Adaptasi dari gelap ke terang biasanya berlangsung tidak lebih dari penerangan terhadap objek-objek dapat dilihat adalah sangat besar 1:10 ( Nurmianto, 1996).
2.7.3 Efek dari Pencahyaan Contrast pada Ketajaman Penghlihataan
Ilumnisasi dan contras dapat di pengaruhi performance dari penghlihataan. Kurva-kurva yang telah di tandai dengan sebuah bintang, Seluruhnya memakai ukuran objek dengan sudut pandang sekitar 3 menit pada mata C (defenisi Weston) berubah dari 0.28 samapai 0.97.
2.7.4 Unit-Unit yang dihubungkan dengan Pencahyaan
Alat pengukuraan cahaya yang khusus dan mempunyai respon spectral sejenia dengan mata manusia seharusnya digunakan untuk tujuan ini :
1. Ilhuminance
Tingkat pencahyaan biasanya bisa diukur dalam istilah Ilhuminancei atau penerangan, yaitu flux-flux yang berpendar dari suatu sumber cahaya yang dipancarkan pada suatu permukaan per luas permukaan.
Luminous Contras =
2. Contras ratio
Suatu cara dari speifikasi contrast adalah penilaian nilai perbandingan sebagai berikut
C= Contrast ratio =
3. Peta Snellen
Peta snellen adalah peta stadarad untuk pengukuran ketajamaan visual(Nurmianto, 1996). Biasanya dibaca pada 6 meter garis teratas dan seharusnya dapat di baca ole seseorang dengan penglihatan normal pada jarak 60 meter sedangkan garis-garis lainya didesain untuk dapat dibaca oleh orang-orang dengan penghlihataan normal jarak 36, 24, 18, 12, 9 6, 4, 3 dan 2 meter.
4. Data Visual Acuity
Visual Acuity =
Dimana
H : Nilai yan terbaca pada peta snellen
D : Jarak subjek denga peta snellen
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

ya

Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian
3.2 Metode Pengambilan Data
Berikut metode pengambilan data dalam pratikum ini sebagai berikut:
3.2.1 Data Primer
Data primer diperoleh dari melakukan aktivitas visual display dengan membaca peta snellen secara langsung.
3.2.2 Data Sekunder
Data Sekunder diperoleh dari data-data yang ada pada modul dan data yang diberikan oleh dosen.
3.3 Langkah-Langkah Diagram Alir Pratikum
Berikut langkah-langkah proses diagram alir dalam pratikum ini.
3.3.1 Studi Pustaka
Pada studi pustaka dilakukan dengan membaca materi sebelumnya. Studi Pustaka Induktif pada studi pustaka induktif ini dilakukan dengan membaca dan mencantumkan hasil dari kajian pustaka yang bersumber dari buku buku penunjang pratikum dari topic yang akan diteliti serta tulisan–tulisan ilmiah yang dapat mendukung terbentuknya landasan teori, ataupun dengan Browsing ke situs-situs internet yang memuat tentang sistem perbaikan kerja.
3.3.2 Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dalam pembuatan laporan ini berdasarkan pada contrast sensitivity dan visual acuity yang digunakan dalam sebuah display dan visual sehingga dapat menerima informasi yang ada pada display tersebut dengan jelas dan mudah.
3.3.3 Pengumpulan data
Pengumpulan data didasarkan pada data yang telah didapatkan dari pada saat pratikum yaitu :
1 Pengambilan data Contars Sensitivity
Pengumpulan data diambil dari rekapitulasi data contrast sensitivity dari kelompok 4,5 dan 6.
2 Pengambilan data dari peta snellen.
3.3.4 Pengolahan data
Berdasarkan data-data yang telah ada,selanjutnya dilakukan pengolahan data terhadap data yang telah dimiliki yaitu :
1. Menentukan besarnya nilai luminious contrast.
2. Menentukan besarnya nilai contras ratio.
3. Menentukan hubungan luminious contrast terhadap tiap warna objek dan warna dasar.
4. Perhitungan data visual angel, visual acuity.
3.4.6 Perancangan Display
Pada praktikum ini peneliti akan merancang sebuah display, data yang di peroleh dari Contrast Sensitivity.
3.3.5 Analisis Hasil
Analisis yang dilakukan terhadap pengolahan data yang di dapatkan berdasarkan pratikum, yaitu analisis dari semua data dari pengolahan data yang sudah di kumpulkan.
3.3.6 Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dan saran merupakan tahap akhir dalam pratikum yang dilakukan. Kesimpulan berisikan hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya, sedangkan saran merupakan keinginan yang diharapkan praktikan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

ya

Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian
3.2 Metode Pengambilan Data
Berikut metode pengambilan data dalam pratikum ini sebagai berikut:
3.2.1 Data Primer
Data primer diperoleh dari melakukan aktivitas visual display dengan membaca peta snellen secara langsung.
3.2.2 Data Sekunder
Data Sekunder diperoleh dari data-data yang ada pada modul dan data yang diberikan oleh dosen.
3.3 Langkah-Langkah Diagram Alir Pratikum
Berikut langkah-langkah proses diagram alir dalam pratikum ini.
3.3.1 Studi Pustaka
Pada studi pustaka dilakukan dengan membaca materi sebelumnya. Studi Pustaka Induktif pada studi pustaka induktif ini dilakukan dengan membaca dan mencantumkan hasil dari kajian pustaka yang bersumber dari buku buku penunjang pratikum dari topic yang akan diteliti serta tulisan–tulisan ilmiah yang dapat mendukung terbentuknya landasan teori, ataupun dengan Browsing ke situs-situs internet yang memuat tentang sistem perbaikan kerja.
3.3.2 Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dalam pembuatan laporan ini berdasarkan pada contrast sensitivity dan visual acuity yang digunakan dalam sebuah display dan visual sehingga dapat menerima informasi yang ada pada display tersebut dengan jelas dan mudah.
3.3.3 Pengumpulan data
Pengumpulan data didasarkan pada data yang telah didapatkan dari pada saat pratikum yaitu :
1 Pengambilan data Contars Sensitivity
Pengumpulan data diambil dari rekapitulasi data contrast sensitivity dari kelompok 4,5 dan 6.
2 Pengambilan data dari peta snellen.
3.3.4 Pengolahan data
Berdasarkan data-data yang telah ada,selanjutnya dilakukan pengolahan data terhadap data yang telah dimiliki yaitu :
1. Menentukan besarnya nilai luminious contrast.
2. Menentukan besarnya nilai contras ratio.
3. Menentukan hubungan luminious contrast terhadap tiap warna objek dan warna dasar.
4. Perhitungan data visual angel, visual acuity.
3.4.6 Perancangan Display
Pada praktikum ini peneliti akan merancang sebuah display, data yang di peroleh dari Contrast Sensitivity.
3.3.5 Analisis Hasil
Analisis yang dilakukan terhadap pengolahan data yang di dapatkan berdasarkan pratikum, yaitu analisis dari semua data dari pengolahan data yang sudah di kumpulkan.
3.3.6 Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dan saran merupakan tahap akhir dalam pratikum yang dilakukan. Kesimpulan berisikan hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya, sedangkan saran merupakan keinginan yang diharapkan praktikan.
The 1xbet korean sports betting app - legalbet
BalasHapusSports Betting on soccer is regulated by the Malta Gaming Authority, and licensed by the Malta Gaming 1xbet 먹튀 Authority,